0

cuma itu.

Jiwa ini begitu bergetar mengingatmu, membayangimu, begitupun ketika aku melihatmu.
Mulut ini membungkam saat tak lagi dapat berbicara.
Raga ini membutuhkanmu, hati ini tersimpan utuh dalam setiap sanubariku.

Aku tahu aku begitu buruk, begitu hina, begitu menyakitkan hatimu.
Namun jiwa raga ini tak pernah sedikitpun aku melihat kekuranganmu, dan aku selalu bertanya pada diri ini?

Apakah mata ini sudah buta?
Apakah otak ini sudah membeku?
Apakah hati ini sudah terkunci?
Jika mememang mata ini sudah buta, aku rela menerima kebutaan ini.
Jika otak ini sudah membeku, aku rela menerima kebekuan ini.
Jika hati ini sudah terkunci, akupun akan rela menerima ketetapan ini.

Entah ini suatu hukuman apa yang sedang aku jalani, yang sedang aku hadapi, hingga jiwa dan raga ini sekarat akan kerinduanku padamu, haus akan kasih sayangmu, dan jika Tuhan memang benar menghukumku seperti ini aku rela menerima takdir ini.
Tapi satu hal yang tidak pernah aku dapat rubah dari takdir, AKU MENCINTAIMU. Cuma itu.