Kemarin,
tepatnya waktu malam minggu gua lagi uring-uringan dikamar dengan pikiran yang
kata anak zaman sekarang disebut galau (garuk selaw) hehe nggak... becanda.
Galaunya sih cuma karna masalah sepele, masalah kebanyakan pacar, ribet men
punya pacar banyak mending punya pacar satu, satu disini, satu disana, satu
disitu, satu di...mana-mana. Oke abaikan.
Ini
bukan topik yang pengen gua tulis apalagi gua pacarin, iya tahu sendirilah topik
itukan cowok. Disaat batin gua yang mencekam karna mikirin pacar-pacar orang
tiba-tiba paman dan bibi gua ngetok pintu kamar bibi gua, tok...tok...tok...
kira-kira begitulah nadanya (sambil putar backsound film annabelle) dan
mereka masuk tanpa membuka pintu, rumah tetangga. Kok jadinya kayak cerita
horor yah. Hadeeeh...
Okeh
paman dan bibi gua sebenernya minta bantuan gua buat bukain pintu kamar gua,
soalnya nggak bisa dibuka dari luar, luar negri. Padahal pintunya nggak ada.
Oh... paman dan bbi gua yang malang!
Kok
malah jauh dari pembahasan yah...
Okeh
ini serius!
Padahal
gua nggak suka serius gua suka kangen band (digebukin sekeluarga).
Okeh
ini seriusnya beneran.
Sebenernya
disaat itu adik sepupu gua kabur dari rumah gara-gara habis dimarahin, paman dan
bibi gua cemas dan mereka minta tolong gua untuk mencari keberadaan sepupu gua
itu. pada saat paman dan bibi gua panik gua juga ikut panik sampai gua lupa
pakai celana dalam diluar. Dan gua bergegas mencari sepupu gua dan meninggalkan
kasur yang tak berdaya saat itu dengan menggunakan sepeda motor supra serasa
ninja. Gimana nggak kayak ninja sekali starter satu liter, minyak tanah. Gua mencari
disegala penjuru mulai dari lemari baju sampai lemari besi yang ada di bank. Gua
udah nyari di tempat-tempat teman-teman terdekatnya tinggal, sambil terus
mencari informasi dari teman-temannya. “Dimanakah keberadaannya saat ini?”. (Seru
suara batinku yang paling dalam bahkan dalamnya sumurpun tak dapat
mengalahkannya).
Dan nggak kerasa waktu menunjukkan pukul 21.00 padahal
sebelumnya masih pukul 20.59 (wktu yang cepat berlalu). Akhirnya gua memutuskan
untuk pulang dengan tangan hampa. Kemudian nyanyi Ungu, “Pernahkah kau merasa
tanganmu hampa?!”.
Setelah
gua sampai dirumah gua bilang ke keluarga gua bahwa gua belum menemukan
keberadaan sepupu gua, keluarga guapun sedih terutama bibi gua. “Ibu mana yang
tak sedih bila berada diposisinya saat itu”.
Guapun
ikut sedih, gua lari kepojokan sambil kayang kemudian salto lalu nabrak tembok,
mimisan, dan guapun tambah sedih. Dan dengan kebetulan tiba-tiba *cling*
Mustova dan Nufal muncul didepan mata gua, gua pikir malaikat pencabut nyawa
yang ingin nyabut nyawa gua ternyata bukan, ternyata mereka adalah teman gua
yang keren-keren dan sedikit peak, banget. Entah dari mana asal kedatangan
mereka datngpun tanpa diundang, biasalah mereka jomblo sejati yang mungkin
habis mencari mangsa atau memang mereka habis pacaran? *Okeh abaikan mereka
berdua dulu* *Kemudian disambit mereka berdua*.
Akhirnya
gua memutuskan kembali untuk mencari keberadaan sepupu gua dengan mereka berdua
ditempat-tempat nongkrong anak-anak muda dan berharap dapat menemukannya, sampai
tengah malam kita belum juga menemukan sepupu gua. Kemudian pulang dan
memutuskan untuk mencarinya esok hari.
Tiba-tiba
matahari muncul dari ufuk barat *kemudian kiamat*. Okeh itu terlalu lebay...
Oiyah
semalam mereka berdua menginap dirumah gua, seperti biasa kita bangun pagi hari
banget sekitar pukul 10.00 itu paginya kita, pagi yang kesiangan bukan pagi
kesayangan karena memang nggak ada yang sayang dan disayang. “Halah” kita
memnag sengaja bangunnya kesiangan soalnya semalam habis makan ayam, jadi
ayamnya nggak bisa matok rejeki kita. Disaat kita mengumpulkan nyawa
masing-masing, kemudian mandi, gosok gigi, samphoan, hairdyer, sarapan dan
ngopi dilakukan sekaligus. “Cowok keren itu dapat melakukan segala hal
sekaligus”.
Singkat
cerita, paman gua mendapat informasi dari temen sepupu guabahwa sepupu gua ada
dirumah temen sepupu gua. Dengan sigap, siaga dan semangat yang membara gua,
mus dan nufal melakukan ritual yang nggak jelas itu, kita bertiga meninggalkan
istanahku untuk mencari sepupu gua. Pukul 11.00 pun tiba, dimana
terik matahari memancarkan panasnya disetiap sudut-sudut bumi. Namun panasanya
matahari tak sepanas mata saat melihat pacar bercumbu mesrah dengan mantanku! Oh,
hidup...
Setelah
sampai dirumah teman sepupu gua yang katanya ada tapi ternyata tak ada. Katanya
sih... sepupu gua udah balik kerumah. Alhamdulillah syukur kalo gitu...
Tapi
kita bertiga nggak langsung pulang, kita memutuskan untuk piknik sejenak. Siang
itu matahari semakin panas tapi tetap nggak sepanas cabe-cabean yang naik motor boncengan
bertiga terus dibakar. Kita piknik tanpa direncanakan, kita bertiga berjalan
kaki mengelililingi perkampungan layaknya bule-bule masuk kampung. Yaelah bule...
Semakin
kita berjalan tenggorokan semakin terasa kering kerontang, mata kami
mencari-cari setiap sudut-sudut perkampungan itu dengan harapan dapat menemukan
penjual es. Setelah pencarian panjang kita bertiga akhitnya ketemu juga,
penjual minyak tanah. Okeh kita mencari lagi, dengan mengelilingi perkampungan
itu dengan penuh harapan dapat menemukan penjual es yang kita butuhkan saat
itu. Alhamdulillah ketemu juga penjual es itu yang ternyata penjual es itu
bersebelahan dengan penjual minyak tanah, nggak nunggu lama kita langsung
menghampiri penjual minyak tanah yang kebetulan dia juga penjual es itu. karena
tenggorokan kita yang semakin membutuhkan
kesegaran kami memutuskan untuk membeli bakso dulu yang kebetulan lagi yang
jual adalah penjual yang sama. Penjual minyak tanah, penjual es, dan penjual
bakso. “Dia memang seorang penjual yang hebat yang tahu apa yang sedang kita
butuhkan”. Setelah kita bertiga makan bakso satu mangkok kecil yang ternyata
itu kobokan kita mendadak haus, akhirnya kita memutuskan untuk minum, minyak
tanah. Okeh bercanda...
Gua
dan kedua teman gua yang keren-keren dan sedikit peak itu melakukan percakapan
dengan seorang ibu penjual tersebut.
Gua : Bu... berapaan?
Ibu
warung : apanya yang berapaan?
Gua : minyak tanahnya?
Ibu
warung : . . . ???
Gua : eh, maaf bu saya khilaf, maksud
saya esnya berapaan?
Ibu
warung : nggak mahal kok dek Cuma 25ribu
aja perbalok (dikira es balok apa?)
Gua : jual es apa aja bu?
Ibu
warung : ada es campur sama es buah dek. Oiyah
ada satu lagi, es apa yah dek?
(itu nama es).
Gua : Hemm... (menghembuskan nafas tak
beraturan).
Okeh
saya mau es campurnya bu.
Ibu
warung : Iya dek, itu temen kamu yang berdua
minta es apa dek?
Nufal : Saya mau beli bu, bukan mau minta. Saya
mau es buahnya bu...
Mustova : Saya juga nggak minta bu, saya mau beli..
Saya juga mau es buahnya
bu...
bu...
Ibu
warung : ....” Okeh dek. Siap laksanakan.
Setelah
gua dapat es campur pesanan gua nggak nunggu lama langsung gua minum sampai
yang tersisa hanya puing-puing es batu. Siang itu tenggorokan terasa segar,
kayak musafir yang ditengah-tengah padang pasir yang baru nemuin air.
Nufalpun
mendapatkan es buah yang sudah dipesannya tapi ekspresi wajahnya nggak kayak
waktu gua dapat es campur itu. nufal seperti terharu atau entah apa atau
meratapi nasibyang buruk waktu siang itu, karena bayangan kita menganggap bahwa
es buah itu adalah es yang dicampur dengan buah-buahan segar ditambah gula dan
susu.
Gua
sama mus pun nggak bisa nahan ketawa setelah melihat bentuk es buah itu.
HAHAHAHAHA begitulah nada suara serentak sepontan yang keluar dari mulut gua
sama mus. Akhirnya mus pun mengganti pesanan es buah itu dengan es campur. Ketawapun
tak kunjung redah, must pun mendapat kebahagiaannya...
Kurang
lebih pikul 12.30 kita memutuskan untuk pulang yang sepanjang perjalanan
dihabiskan dengan ketawa dan ditambah dengan ekspresi wajah nufal yang lucu tak
berdaya. Oh, nasib... (seru suara nufal yang tak berdaya).
Es
buah yang didapat oleh nufal kayak gini...
Buah
mangga yang dipotong kecil-kecil dan dicampur dengan rebusan gula putih
ditambah es batu dan air.
Cerita
ini gua tulis berdasarkan pengalaman kita bertiga yang konon menurut kita ini
adalah cerita yang berkesan, menyenangkan, mengejutkan dan mengenaskan.
Penulis Amatir : Adji Ubaidillah Mahdi
Editor Amatir : Mustova Achmad
Tuesday, November 11, 2014
Labels:
Absurd
0 comments: