4
Kurang lebih dalam kurun
waktu 9 bulan aku berada dalam kandunganmu, selama itupun ngkau merasakan beban
yang sangat berat dengan segala rutinitas dan aktivitasmu sebagai pengurus
rumah tangga. Tepatnya saat usiaku menginjak 6 bulan didalam kandunganmu Alloh
berkehendak lain, Ayahku telah tiada, Malaikat telah menjemput Beliau atas izin
Alloh. Aku ikhlas, aku ridho apabila itu semua sudah takdir yang digariskan
untuk keluargaku.
Andaikan waktu dapat
diputar kembali saat itu aku hanya ingin meminta usia yang lebih untuk Beliau,
setidaknya aku hanya ingin merasakan pelukan hangat dari beliau walaupun hanya
sedetik, tapi aku sadar bahwa itu tidak mungkin. Yah... Seandainya… “mungkin
hanya dalam mimpi aku dapat bertemu dan melihatnya secara langsung” (seru suara
batinku yang paling dalam).
Terkadang aku iri melihat
semua orang, semua orang yang masih mempunyai seorang ayah, iri dengan mereka,
mereka yang dapat merasakan tidak enaknya dimarahi, mereka yang dapat merasakan
tidak enaknya dipukuli, mereka yang dapat merasakan kasih sayang seorang ayah,
mereka yang dapat merasakan nasihat yang baik, mereka yang dapat merasakan
pelajaran hidup yang sesungguhnya, mereka yang dapat merasakan kegigihan,
ketangguhan, dorongan dan rasa semangat serta motivasi dari sosok Beliau. Tapi
saat ini aku harus bersyukur mungkin karena Alloh sangat sayang kepada Beliau,
dan semoga Beliau ditempatkan ditempat yang paling layak di sisi-Nya. Aamiin…
Aku tak bisa membayangkan posisi
Ibu saat itu, aku tak bisa merasakan posisi Ibu saat itu, betapa sedihnya,
betapa terpukul dan hancurnya saat itu, ditambah beban yang ada dalam
kandunganmu semakin membesar, maafkan aku bu… aku hanya menyusahkan dan
membebanimu.
Tepatnya jum’at malam
pukul 02:00 tanggal 28 agustus 1992, ketika pertama kali ngkau melahirkan aku,
Ibu… Aku hanya bisa menangis mengisyaratkan kebahagiaanku, saat pertama kali
akupun melihatkan betapa indahnya dunia ini. Aku yakin pasti ngkau bahagia atas
kelahiranku, sekaligus ngkau menangis terharu memikirkan nasibku kelak, begitupun
pasti ngkau merindukan sosok Imammu saat itu dan mungkin ngkau juga berandaian
seharusnya aku bisa tidur ditengah diantara kalian.
Namun ngkau adalah wanita
terhebat yang pernah akau kenal, wanita yang paling tangguh, wanita yang paling
kuat yang mampu terbangaun dari segala badai ujian yang menimpah.
Ngkau adalah tiang yang
mampu berdiri kokoh diatas fondasi yang roboh dan telah terkubur tanah, laksana
pelita yang mampu menerangi kegelapan dalam hidupku, garis yang meluruskan
jalan saat langkah kaki ini berbelok, alarm pengingat yang paling baik saat
jiwa dan raga ini lalai dan lupa.
Ngkau penyejuk saat hati
ini terbakar, ngkau penenang saat hati ini gundah, ngkau penghibur saat hati
ini sedih, ngkau sepirit saat hati ini lelah, ngkau inspirasi saat hati ini
risau, ngkau motivasi saat hati ini bosan, engkau pemaaf saat aku salah.
Ngkau tak pernah mengeluh
sedikitpun, sifatmu yang mulia, kasih sayangmu yang lembut, rasa sayangmu yang
tulus, dan cintamu yang penuh dengan keikhlasan, satu-satunya, tak ada duanya,
tak ada yang lain dan takkan pernah ada yang lain.
Tanpamu aku tak mungkin
ada, tanpamu aku tak mungkin seperti ini, tanpamu aku tak mungkin dapat
berjalan melewati jutaan kisah hidup ini.
Maafkan… maafkan aku bu…
maafkan anakmu ini bu… aku tak pernah bisa membalas jasa-jasa dan pengorbananmu,
dari dulu sampai sekarang aku hanya menyusahkanmu, membebanimu. Aku hanya anak
bodoh yang selalu mengeluh dan tak pernah mendengarkan nasihatmu, bahka aku
bukan anak yang baik karena akau sering membangkang perintahmu.
Terimakasih bu…
terimakasih ngkau telah mengajarkan banyak pelajaran hidup, mengajarkan banyak
rasa bersyukur, mengajarkan banyak ketegaran, dan mengajarkan banyak kekuatan.
Terimakasih bu…
terimakasih atas kasih sayang dan cintamu, ketulusanmu, keikhlasanmu merawat
dan membesarkanku sampai saat ini.
Jasamu, Pengorbananmu akan
selalu kuingat sampai kapanpun hingga jiwa dan ragaku tak lagi bernyawa.
Aku hanya bisa
berdoa’ untukmu, dalam setiap nafasku,
dalam setiap sujudku agar jiwa dan ragamu sehat selalu.
Ya Alloh Ya Tuhanku…
Berilah Beliau umur yang
panjang agar aku dapat berbakti kepadanya.
Mungkin hanya ini yang
dapat aku tulis tentangmu bu… ini hanya sedikit karna menuliskan tentangmu
butuh waktu seumur hidupku.
Tertanda dari anakmu.
Terimakasih yang tak
terbatas.
I Love You Ibu…
“Selamat Hari Ibu Nasional
22 Desember 2014”
Monday, December 22, 2014
Labels:
Ibu
0
Aku
mengenal kamu dari keadaan, tak terasa waktu membawanya semakin dekat, hingga
kembali kepada keadaan yang terus selalu membawanya dekat, sampai batas waktu
yang tak menentu perasaan itu datang tanpa permisi, tanpa diundang, seolah aku
tak menyapa, aku tak pernah menduga dan aku tak pernah meminta, kamu membuat
aku penasaran, dan rasa penasaran itu membuat aku harus menyimpan perasaan dan
mempertanyakan perasaan itu? ternyata AKU MENCINTAIMU...
Seiring
kita bersama dalam kebersamaan pada tujuan yang sama, rasa itu semakin
meyakinkan akan kehadirannya, pernah aku mencoba menghilangkan rasa itu tapi
ternyata semakin kuat akan adanya. Kebersamaan itu yang membuat aku nyaman,
sikapmu yang membuat aku bingung, bahkan terkadang aku merasa yakin bahwa kamu
adalah sesuatu hal baru yang indah pernah hadir dalam kehidupanku. Aku suka
caramu berbicara, aku suka caramu yang manja, bahkan aku suka caramu menuturkannya
saat kamu merasa kesal.
Namun
disaat aku mempertanyakan rasa itu aku semakin mengerti bahwa kamu tak pernah
menginginkannya. Mungkin aku hanya terlalu terbawa dengan perasaan, mungkin aku
yang salah menilai keadaan, atau mungkin kamu terlalu naif atau bahkan mungkin
kamu mudah berkamuflase.
Pernah
kamu menahanku untuk tidak berubah tapi ternyata kamu yang membuat perubahan
itu, pernah kamu menahanku untuk tetap tinggal tapi kamu yang membuatku untuk
pergi. Mungkin ini terlalu melow tapi itu kenyataannya. Sakit memang, seolah
kamu menganggap bahwa diantara kita tak pernah terjadi apa-apa, kamu yang
memulainya dan kamu yang mengakhirinya, dan itu berhasil. Dan sekarang kamu
pergi, menjauh, menghilang bagai tertelan bumi.
Bagaimana
mungkin aku menyalahkanmu, melepaskanmu dan melupakanmu. Sementara banyak hal
yang harus kuperbaiki, banyak hal yang harus kupertahankan dan banyak hal yang
terus mengingatkan.
Aku
rindu saat bersamamu, melihat wajahmu, melihat senyummu, canda tawamu, aku
rindu akan semua itu.
Thursday, December 11, 2014
Labels:
Cinta