Ibu...

Kurang lebih dalam kurun waktu 9 bulan aku berada dalam kandunganmu, selama itupun ngkau merasakan beban yang sangat berat dengan segala rutinitas dan aktivitasmu sebagai pengurus rumah tangga. Tepatnya saat usiaku menginjak 6 bulan didalam kandunganmu Alloh berkehendak lain, Ayahku telah tiada, Malaikat telah menjemput Beliau atas izin Alloh. Aku ikhlas, aku ridho apabila itu semua sudah takdir yang digariskan untuk keluargaku.

Andaikan waktu dapat diputar kembali saat itu aku hanya ingin meminta usia yang lebih untuk Beliau, setidaknya aku hanya ingin merasakan pelukan hangat dari beliau walaupun hanya sedetik, tapi aku sadar bahwa itu tidak mungkin. Yah... Seandainya… “mungkin hanya dalam mimpi aku dapat bertemu dan melihatnya secara langsung” (seru suara batinku yang paling dalam).
Terkadang aku iri melihat semua orang, semua orang yang masih mempunyai seorang ayah, iri dengan mereka, mereka yang dapat merasakan tidak enaknya dimarahi, mereka yang dapat merasakan tidak enaknya dipukuli, mereka yang dapat merasakan kasih sayang seorang ayah, mereka yang dapat merasakan nasihat yang baik, mereka yang dapat merasakan pelajaran hidup yang sesungguhnya, mereka yang dapat merasakan kegigihan, ketangguhan, dorongan dan rasa semangat serta motivasi dari sosok Beliau. Tapi saat ini aku harus bersyukur mungkin karena Alloh sangat sayang kepada Beliau, dan semoga Beliau ditempatkan ditempat yang paling layak di sisi-Nya. Aamiin…

Aku tak bisa membayangkan posisi Ibu saat itu, aku tak bisa merasakan posisi Ibu saat itu, betapa sedihnya, betapa terpukul dan hancurnya saat itu, ditambah beban yang ada dalam kandunganmu semakin membesar, maafkan aku bu… aku hanya menyusahkan dan membebanimu.

Tepatnya jum’at malam pukul 02:00 tanggal 28 agustus 1992, ketika pertama kali ngkau melahirkan aku, Ibu… Aku hanya bisa menangis mengisyaratkan kebahagiaanku, saat pertama kali akupun melihatkan betapa indahnya dunia ini. Aku yakin pasti ngkau bahagia atas kelahiranku, sekaligus ngkau menangis terharu memikirkan nasibku kelak, begitupun pasti ngkau merindukan sosok Imammu saat itu dan mungkin ngkau juga berandaian seharusnya aku bisa tidur ditengah diantara kalian.

Namun ngkau adalah wanita terhebat yang pernah akau kenal, wanita yang paling tangguh, wanita yang paling kuat yang mampu terbangaun dari segala badai ujian yang menimpah.

Ngkau adalah tiang yang mampu berdiri kokoh diatas fondasi yang roboh dan telah terkubur tanah, laksana pelita yang mampu menerangi kegelapan dalam hidupku, garis yang meluruskan jalan saat langkah kaki ini berbelok, alarm pengingat yang paling baik saat jiwa dan raga ini lalai dan lupa.

Ngkau penyejuk saat hati ini terbakar, ngkau penenang saat hati ini gundah, ngkau penghibur saat hati ini sedih, ngkau sepirit saat hati ini lelah, ngkau inspirasi saat hati ini risau, ngkau motivasi saat hati ini bosan, engkau pemaaf saat aku salah.

Ngkau tak pernah mengeluh sedikitpun, sifatmu yang mulia, kasih sayangmu yang lembut, rasa sayangmu yang tulus, dan cintamu yang penuh dengan keikhlasan, satu-satunya, tak ada duanya, tak ada yang lain dan takkan pernah ada yang lain.

Tanpamu aku tak mungkin ada, tanpamu aku tak mungkin seperti ini, tanpamu aku tak mungkin dapat berjalan melewati jutaan kisah hidup ini.

Maafkan… maafkan aku bu… maafkan anakmu ini bu… aku tak pernah bisa membalas jasa-jasa dan pengorbananmu, dari dulu sampai sekarang aku hanya menyusahkanmu, membebanimu. Aku hanya anak bodoh yang selalu mengeluh dan tak pernah mendengarkan nasihatmu, bahka aku bukan anak yang baik karena akau sering membangkang perintahmu.

Terimakasih bu… terimakasih ngkau telah mengajarkan banyak pelajaran hidup, mengajarkan banyak rasa bersyukur, mengajarkan banyak ketegaran, dan mengajarkan banyak kekuatan.
Terimakasih bu… terimakasih atas kasih sayang dan cintamu, ketulusanmu, keikhlasanmu merawat dan membesarkanku sampai saat ini.

Jasamu, Pengorbananmu akan selalu kuingat sampai kapanpun hingga jiwa dan ragaku tak lagi bernyawa.
Aku hanya bisa berdoa’  untukmu, dalam setiap nafasku, dalam setiap sujudku agar jiwa dan ragamu sehat selalu.
Ya Alloh Ya Tuhanku…
Berilah Beliau umur yang panjang agar aku dapat berbakti kepadanya.

Mungkin hanya ini yang dapat aku tulis tentangmu bu… ini hanya sedikit karna menuliskan tentangmu butuh waktu seumur hidupku.

Tertanda dari anakmu.
Terimakasih yang tak terbatas.
I Love You Ibu…
“Selamat Hari Ibu Nasional 22 Desember 2014”

4 comments:

  1. Unknown said...:

    Meski anda terlahir tanpa sosok seorang ayah , tetapi setidaknya sejak anda terlahir anda ditakdirkan untuk menjadi anak yang kuat sekuat ibu anda menghadapi musibah saat itu.
    Anda tidak perlu iri , karna anda sangat jauh lebih baik dari mereka yang memiliki ayah namun tidak mengerti arti ayah dikehidupannya . anda jauh lebih pandai bersyukur ditengah kekurangan yang mungkin orang lain tidak akan sekuat anda , termasuk saya.
    Yakin saja bahwa ayah anda sangat bahagia melihat anak sekuat anda hal itu akan terlukiskan dari senyumnya disana.
    Hal yang harus anda lakukan adalah mempertahankan senyum ayah anda disana dengan menjadi anak yang baik bagi semua orang dan selalu berbakti kepada ibu anda, anda harus tetap kuat meski ayah anda tidak dapat secara langsung membentuk kepribadian anda. Ingat selalu ayah anda meski anda belum sempat berkenalan dengannya ;)

  1. Unknown said...:

    suatu kebanggaan buat saya, saya gak tahu harus balas komentar kamu seperti apa, yg jelas saya berterimakasih atas penilaian dari kamu untuk saya, bisa dibilang itu motivasi untuk saya yg mungkin saya sendiri belum pernah berfikir seperti itu, karna saya belum merasa menjadi orang baik. yang pasti kita sama2 harus pandai bersyukur dengan hidup ini, sekecil apapun yg sudah kita dapat. makasih yah dian:)

  1. Unknown said...:

    saya hanya berusaha merasakan apa yang kamu rasakan dan saya mencoba memotivasi diri saya sendiri jika memang hal itu terjadi kepada saya.
    seseorang yang dapat menilaimu adalah orang yang berjarak denganmu , kebaikan dirimu itu saya yang melihat dan semoga memang itu nyata adanya didalam dirimu.
    terima kasih kembali:)

  1. Unknown said...:

    tapi saya takut atas penilaianmu yang baik terhadap saya, karna saya hanya manusia biasa yang kapan saja akan terlihat buruk dimata kamu. saya hanya bisa berterimakasih kepada kamu yang saat ini telah menjadi sebagian semangat hidupku.

Post a Comment

Terimakasih bagi yang telah membaca blog saya dan terimakasih bagi yang sudah meninggalkan komentar atau pesan dan saran yang bermanfaat.